Peran Mahasiswa dalam Membumikan Ilmu Sosiologi di Indonesia

Ilmu sosiologi adalah disiplin ilmu terapan yang masih sangat muda jika dibandingkan dengan ilmu sosial lainnya, apalagi jika dibandingkan dengan ilmu alam. Oleh karena itu, ilmu yang lahir pada abad ke-18 ini eksistensinya di masyarakat terutama di Indonesia masih belum cukup maksimal. Belum lagi bentuk kebermanfaatannya yang dirasa bagi sebagian orang tidak terlalu vital jika dibandingkan dengan ilmu lain misalnya ilmu ekonomi maupun kedokteran.

Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya masyarakat kita yang tidak mengetahui dan bahkan memandang sebelah mata ilmu sosiologi. Bukti di lapangan juga membuktikan bahwa sosiologi belum mendapat tempat yang cukup pasti dan luas dalam bidang lapangan pekerjaan jika dibandingkan dengan ilmu lainnya.

Sudah menjadi kewajiban bagi mahasiswa sosiologi untuk mengangkat citra dari disiplin ilmu sosiologi ini, terutama di Indonesia. Untuk mengkaji itu semua, Saya mencoba untuk kembali melihat sejarah sosiologi itu sendiri di Eropa, kemudian mencoba mengaitkannya dengan perkembangan sosiologi di Indonesia, dan tentunya dengan itu kita bisa melihat, membandingkan dan menyimpulkan, sehingga dapat memberikan solusi yang bisa diterapkan untuk membumikan sosiologi di Indonesia lewat acuan sejarah perkembangannya di Eropa.

Menurut Berger dan Berger pemikiran sosiologis berkembang disaat aturan yang seharusnya dilakukan atau keadaan yang harusnya terjadi berubah karena beberapa alasan, akibatnya terjadilah krisis dalam bentuk gangguan terhadap tatanan sosial di masyarakat. Pada saat inilah pemikiran sosiologis dalam bentuk memahami masyarakat untuk bisa memberi solusi muncul, terutama di Eropa pada abad ke-18. 

Gangguan terhadap tatanan sosial itu adalah perubahan sosial yang dalam buku Ritzer dijabarkan menjadi sebagai berikut, (1) revolusi politik (Revolusi Prancis), (2) Revolusi Industri dan munculnya kapitalisme, (3) munculnya sosialisme, (4) urbanisasi, (5) perubahan keagamaan (Reformasi Gereja), (6) pertumbuhan ilmu pengetahuan. Akibat adanya berbagai perubahan dalam berbagai bidang, terjadilah goncangan pada tatanan sosial masyarakat, dan para tokoh pemikir mencoba memahami suatu pola perubahan dalam masyarakat ini, yang pada akhirnya seorang Filsuf  berkebangsaan Perancis Auguste Comte membuat disiplin ilmu baru yang mencoba menafsirkan masyarakat yang disebut sosiologi.

Setelah perkembangan itu, sosiologi berkembang pesat di Eropa karena dianggap bisa menjawab permasalahan sosial itu dengan bentuk analisis yang metodologis, perkembangannya didukung dengan karya-karya yang dibuat oleh Emile Durkheim, Max Weber dan Karl Marx. Sehingga pada akhirnya ilmu sosiologi menjadi ilmu yang cukup diperhitungkan dan bisa menjadi solusi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat disana.

Saya melihat disini perkembangan sosiologi di Eropa begitu pesat, karena disebabkan oleh begitu produktifnya para tokoh-tokoh sosiologi untuk mengembangkan ilmu sosiologi dengan melakukan analisis secara aktual terhadap fenomena masyarakat pada waktu itu. Sehingga pada akhirnya kebermanfaatan sosiologi dirasakan oleh masyarakat karena bisa menjadi pendidikan masyarakat untuk lebih mengenal diri mereka sendiri. 

Contohnya karya Weber yang banyak diminati bukunya pada waktu itu, yaitu buku yang berjudul Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, dimana buku ini cukup populer pada masanya bahkan hingga sekarang. Kemudian buku karya Karl Marx tentang Das Kapital mengenai pembagian kelas telah membuat gebrakan terhadap sistem ekonomi dan politik di berbagai pemerintah, meski idenya mengenai komunisme tidak berjalan sesuai yang diharapkan, namun karyanya sangat berdampak bagi masyarakat. Menurut saya itu disebabkan karena karya-karya mereka aktual, sehingga penelitian mereka bisa menjadi rujukan dalam menghadapi goncangan tatanan sosial.

Lalu berikutnya kaitannya dengan Indonesia. Saya yakin bahwa tujuan didirikan disiplin ilmu sosiologi di Indonesia bukan semata-mata untuk meniru perkembangan ilmu pengetahuan di luar negeri agar kita tidak ketinggalan. Lebih dari itu, Saya melihat bahwa tujuan utama didirikannya jurusan sosiologi tentunya untuk menjawab setiap permasalahan yang ada di negara ini, khususnya dalam kehidupan sosial masyarakat.

Dengan banyaknya permasalahan sosial yang ada sekarang, seperti intoleransi agama dan budaya, LGBT, dampak globalisasi dan modernisasi, kenakalan remaja seharusnya bisa mendorong sosiologi tampil menjadi yang terdepan dalam menjawab permasalahan ini. Lalu dimana masalahnya, mengapa dari banyaknya permasalahan sosial yang bisa dikaji sosiologi tetapi tetap saja belum bisa mengangkat citra sosiologi itu sendiri.  

Meski banyak peran yang seharusnya terlibat dalam membumikan sosiologi ini di masyarakat, contohnya pemerintah, akademisi, dan masyarakatnya itu sendiri, tetapi di sini Saya hanya akan memberikan solusi yang bisa dilakukan mahasiswa untuk mengangkat citra sosiologi di masyarakat Indonesia.

Sosiologi menjadi populer dan diperhitungkan di Eropa karena dianggap bisa menjawab permasalahan sosial yang ada disana dengan baik, sehingga perencanaan sosial disana selalu menggunakan perhitungan sosiologis. Menurut Saya itu solusi utamanya, yaitu sosiologi harus bisa menjawab persoalan masalah sosial yang ada di Indonesia dengan baik, sehingga masyarakat maupun pemerintah bisa menjadikan sosiologi sebagai acuan dalam kebijakan.


Peran mahasiswa yang bisa dilakukan adalah memperbanyak tulisan-tulisan mengenai permasalahan sosial yang ada di Indonesia dengan sudut pandang sosiologis berikut solusinya. Dengan adanya tulisan-tulisan itu diharapkan masyarakat bisa mengerti realitas yang ada di masyarakat dengan sudut pandang ilmu pengetahuan. Kenapa ini menjadi solusi, sekarang ini sebenarnya masyarakat kita sudah banyak yang mencoba menafsirkan realitas masyarakat, namun tentunya pandangan mereka terlalu subjektif dan minim bukti. Sehingga dengan adanya sudut pandang sosiologis ini dalam bentuk tulisan, diharapkan bisa membentuk sudut pandang masyarakat.

Pada intinya solusi saya untuk mengembangkan sosiologi ini adalah perlunya gerakan yang produktif untuk membuat banyak penelitian yang dituangkan dalam tulisan mengenai masalah sosial yang aktual dengan menggunakan paradigma sosiologi, sehingga kebermanfaatan sosial ini terlihat dan sangat berpengaruh, seperti yang dilakukan para tokoh sosiologi dahulu di Eropa.          

Lalu bagaimana membuat rencana ini bekerja? Saya akan mencoba memberikan langkah-langkah sistematis dalam mewujudkan rencana tersebut.

  1. Mengkaji masalah sosial yang ada di Indonesia, dengan teori dan pendekatan sosiologi. Karena teori-teori yang dipelajari di sosiologi sebagian besar produk negara Barat sehingga belum tentu sesuai dengan budaya negara Timur khususnya Indonesia, maka mahasiswa perlu mengujinya di negara Timur. 

Contohnya teori Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme Max Weber  yang menyebutkan bahwa ajaran Protestan khususnya Calvinisme telah mendorong semangat kapitalisme, apakah teori ini relevan di Indonesia, dengan melihat apakah penganut Calvinis di Indonesia sama seperti penganut Calvinis di Eropa khususnya Prancis dan Jerman, dengan proses pengkajian ini diharapkan dapat menafsirkan realitas keadaan negara kita. Atau mungkin kajian bisa juga dilakukan dengan melihat kenakalan remaja dari sudut pandang sosiologi dan pemecahannya di Indonesia. Pada intinya mahasiswa harus mampu menerapkan teori yang mereka pahami kepada keadaan realitas yang ada, terlepas teori itu sesuai atau tidak, justru itu pentingnya pengujian dilakukan.

  1. Setelah pengkajian dilakukan, maka langkah berikutnya yaitu penyajian hasil kajian bisa dalam bentuk tulisan, gambar, dan video. Ini dibuat semenarik mungkin dengan bukti yang kuat sehingga bisa benar-benar menjawab permasalahan sosial yang diteliti.

  2. Penyebaran hasil kajian, proses penyebaran dilakukan di media sosial online seperti instagram, facebook, blog, dan youtube. Dengan banyaknya bahan bacaan yang diterbitkan maka kemungkinan merubah sudut pandang orang lain akan semakin besar.

Contoh paling mengesankan dimana pandangan sosiologis ini begitu berguna adalah yang tertuang dalam novel karya Andrea Hirata Laskar Pelangi, terutama pada bagian bab 6 ‘Gedong’ dan bab 7 ‘Zoom ut’, Andrea Hirata dengan sangat piawai menggambarkan realitas stratifikasi sosial yang ada di Belitung dengan pandangan sosiologis, yakni pembagian kelas atas, menengah dan bawah. 

Di dalam novel itu dijelaskan bahwa kelas atas diduduki oleh pengelola Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah peninggalan Belanda, mereka hidup bermewah-mewahan dengan rumah yang besar dan hidup mengelompok dengan kelasnya, disana mereka memiliki rumah yang besar dan mewah, sekolah bermutu, dan rumah sakit yang hanya bisa mereka nikmati, padahal mereka adalah kaum pendatang. 

Kemudian kelas menengah diduduki oleh para pekerja desa yang kehidupannya melarat, namun sedikit lebih beruntung dari kelas dibawahnya, umumnya mereka adalah penduduk Belitung Melayu asli, dan terakhir kelas bawah yang diduduki oleh sebagian besar masyarakat Belitung Melayu miskin, yang bekerja sebagai pegawai tambang timah dan nelayan, mereka hidup melarat di tanah mereka sendiri, dengan menjadi buruh dan pendapatan yang bisa dibilang tidak layak serta sekolah yang jauh dari bermutu bila dibandingkan dengan sekolah yang dikelola oleh PN. 

Tulisan ini begitu banyak menyentuh orang yang membacanya, lewat analisis sosiologi yang dilakukan Andrea Hirata yang dituangkan pada novelnya, dapat dipastikan membuat membuat masyarakat mengerti realitas yang ada dan tentunya sebagai kritik dan sumbangan saran terhadap pemerintah yang sangat berguna.

Saya menyadari bahwa hambatan-hambatan dalam mengembangkan rencana strategis ini sangatlah berat, terutama bagaimana menumbuhkan minat masyarakat terhadap ilmu pengetahuan khususnya sosiologi bukanlah hal yang mudah. Namun saya percaya bahwa gerakan-gerakan massive dari para mahasiswa sosiologi, yaitu dengan banyak menerapkan teori yang mereka pahami terhadap realitas aktual yang ada di masyarakat dilakukan dan melalui penyebaran lewat media sosial misalnya, lama-kelamaan akan mengubah pandangan masyarakat dan kebermanfaatan sosiologi sebagai dokter bagi tatanan sosial yang terguncang akan semakin terlihat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI)

Post-Truth: Verifikasi sebelum Emosi

Pembangunan sebagai Sebuah Kebebasan