Resensi Novel "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata

“Tapi pasti pengalaman selalu menunjukan bahwa hidup dengan usaha adalah mata yang ditutup untuk memilih buah-buahan dalam keranjang. Buah apapun yang didapat kita tetap mendapat buah. Sedangkan hidup tanpa usaha adalah mata yang ditutup untuk mencari kucing hitam di dalam kamar gelap dan kucingnya tidak ada” (dalam benak Ikal yang sedang memikirkan nasib temannya Mahar)

Ajaib, bila anda berpikir bagaimana sebuah karya sastra bisa mengubah pola pikir seseorang melihat dirinya, dari yang awalnya mengeluh, tanpa gairah hidup, dan memberikanmu semangat yang luar biasa dahsyatnya, energi yang datang dari setiap kata yang dirangkai dalam kalimat, kalimat yang menjadi paragraf, dan paragraf yang menjadi bagian dari bab, semuanya tersusun indah untuk menceritakan kisah hidup yang memilukan, dramatis, ironis sekaligus menggelikan, menyenangakan dan menginspirasi dari sebuah kelompok yang terdiri dari sebelas anak yaitu Ikal, Lintang, Mahar, Taprani, Harun, Borek, Kucai, Syahdan, A Kiong, dan dua anak perempuan Sahara dan Flo. Semua itu tersusun dalam sebuah novel berjudul Laskar Pelangi,

Laskar pelangi bisa dibilang merupakan novel yang sangat spektakuler, hal itu terlihat dari berbagai prestasi yang ditorehkan setelah pertama kali terbit pada tahun 2005. Novel ini sudah diterbitkan lebih dari 130 negara dan diterjemahkan ke dalam 34 bahasa pada tahun 2015 (DetikNews). Dalam versi Inggris Novel ini berjudul “The Rainbow Troops” dan banyak sekali peminatnya di sana. Bahkan di Perpustakaan Lucerne Swiss Novel Laskar Pelangi yang telah diterjemahkan dengan judul “Hoerbuch”, para pembaca disana mengantri untuk membaca buku Andrea Hirata ini. Selain itu, banyak sekali ulasan dari berbagai pembaca diseluruh dunia yang terdiri dari akademisi, sastrawan, mahasiswa, ataupun masyarakat umum yang telah mendapatkan sebuah inspirasi yang menakjubkan dari buku ini.

Buku ini juga seolah-olah menjadi sebuah karya yang ilmiah, mungkin bisa dikatakan salah satu novel yang banyak membuat inspirasi selain untuk individu juga bagi masyarakat, bukan hanya Indonesia tetapi juga dunia. Dalam novel ini Andrea Hirata sangat piawai dalam mendeskripsikan realitas keadaan Belitong, dengan analisis sosiologinya, seperti dalam postingan saya sebelumya dalam Peran Mahasiswa dalam Membumikan Ilmu Sosiologi di Indonesia, saya mencoba menjelaskan contoh analisis realitas sosiologi Andrea Hirata dalam memperkenalkan sudut pandang sosiologi yang sangat menawan sekaligus pelik. oleh karena itu cerita dalam novelnya sampai sekarang ini bahkan banyak dijadikan sebagai refrensi untuk membuat karya ilmiah sebagai subjek maupun objek. Dan yang paling mencengangkan buku Andrea Hirata ini sudah digunakan sebagai bahan refrensi sejumlah lembaga pendidikan anak di Jerman. Luar biasa!!!

Uniknya pada awalnya buku ini dibuat bukan untuk diterbitkan, apalagi sampai menjadi best seller di berbagai negara, melainkan merupakan sebuah hadiah dari Andrea Hirata bagi Bu Muslimah, yaitu seorang guru di sekolah Muhammadiyah yang juga merupakan salah satu tokoh penting dalam Novel Laskar Pelangi yang merupakan guru dari Andrea Hirata sendiri. Menurut pengakuan Andrea Hirata dalam sebuah acara di stasiun televisi, beliau mengatakan bahwa pembuatan novel ini sudah dia pikirkan pada saat dia bersekolah Sekolah Muhammadiyah tepatnya pada saat dia kelas 3 SD, beliau kagum terhadap pengabdian Bu muslimah kepada Sekolah Muhammadiyah dan Laskar Pelangi yakni selaku muridnya, dengan cara mengajar sangat gigih dan sabar dalam mengajarkan anak-anak. Setelah Andrea menulis buku ini, sebenarnya dia hanya mengkopi bukunya sebanyak jumlah anak-anak Laskar Pelangi dan BBu Muslimah, kemudian mengirimkannya kepada mereka. Namun temannya andrea hirata membaca novel yang dibuat andrea ini, setelah itu temannya merasa terkesan dengan novel yang dibuat Andrea ini, kemudian temannya itu mengirimkannya ke penerbit, dan ternyata penerbit menerima buku yang dikirimkannya untuk diterbitkan, bahkan dalam satu minggu penerbitannya, buku Laskar Pelangi sudah langsung dicetak ulang.

Seperti yang diketahui novel Andrea Hirata ini merupakan pengalaman pribadi dari Andrea Hirata sendiri, dalam novel ini Andrea merupakan Ikal dan menceritakan semua temannya Lintang, Mahar, Taprani, Harun, Borek, Kucai, Syahdan, A Kiong, dan dua anak perempuan Sahara dan Flo yang tergabung dalam Laskar Pelangi dan tentunya Bu Muslimah yang memberi nama kelompok mereka.

Novel ini banyak berlatar di sebuah gubuk tua yang merupakan Sekolah Muammadiyah, sekolah yang hampir rubuh dan pada malam hari digunakan sebagai tempat hewan ternak. Pada awalnya berkumpulah 9 orang anak kampung melayu miskin asli Belitong yang mendaftar sekolah, namun sekolah itu terancam bubar karena tidak memiliki murid untuk bersekolah karena disebabkan reputasi sekolah dari segi fasilitas sangat jauh dari kata layak, dan ironisnya pada tahun ini hanya baru ada 9 orang yang mendaftar, sesuai peraturan dari pusat kepada sekolah muhammadiyah bahwa kalau tahun ini sekolah ini tidak bisa mendapatkan murid berjumlah 10 orang maka sekolah muhammadiyah akan dibubarkan. Semua orang tua murid dan 9 anaknya serta guru Bu Muslimah dan Pak Harfan selaku kepala sekolah muhammadiyah mulai panik. Dan pada akhirnya Pak harfan harus mengungkapkan pidato terakhirnya untuk menutup sekolah tua itu. Namun ternyata keajaiban pertama dalam novel muncul ketika dari kejauhan terlihat anak yang cukup besar bernama Harun datang bersama ibunya untuk mendaftarkan anaknya bersekolah, Harun adalah anak berkebutuhan khusus yang sengaja di daftarkan oleh ibunya di Sekolah Muhammadiyah karena tidak ada sekolah berkebutuhan khusus di Belitong sementara tidak mungkin orang tuanya menyekolahkan anaknya ke sekolah Pemerintah Negara (PN) yang mahal dan dibuat khusus untuk anak staf tinggi penambang timah. Tak banyak pertimbangan maka Pak Harfan sontak langsung menerima Harun, dan semuanya bersuka cita termasuk menyambut Harun karena telah menyelamatkan Sekolah Muhammadiyah, sementara dia hanya senyum-senyum tidak mengerti. Dari sinilah petualangan Laskar Pelangi pun dimulai.

Setelah itu, cerita dengan tokoh-tokoh yang menarik seperti seorang Lintang yang sangat jenius dan pernah memenangkan lomaba cerdas cermat mengalahkan sekolah pavorit PN namun harus mengubur mimpinya karena hidupnya miskin dan harus menanggung beban keluarganya, Mahar yang sangat berbakat dalam bidang seni dan tergila-gila terhadap hal yang mistis, Borek atau panggilannya samson karena berbadan besar dan kekar yang terobsesi menjadi macho karena sebuah poster, Kucai yang menjadi ketua kelas abadi di Sekolah Muhammadiyah karena tidak ada yang mau menggantikannya, A Kiong yang menjadi pengikut setia Mahar terutama dalam hal perdukunan dan sangat membeci Sahara, Sahara satu-satunya wanita di Laskar Pelangi sebelum Flo yang pindah dari sekolah PN karena terkesan terhadap kepercayaan ilmu mistis Mahar hingga telah menemukannya yang tersesat di Hutan, Shyahdan yang merupakan anak nelayan yang ceria dan menjadi saksi cinta Ikal dengan A Ling, Taprani seorang pria tampan yang sangat dekat dengan Ibuya bahkan hingga dewasa dan bercita-cita menjadi guru, Harun penyelamat sekolah muhammadiyah yang merupakan seorang anak kecil yang terperangkap di badan orang dewasa, A Ling wanita keturunan Tionghoa yang menjadi cinta pertama Ikal disebuah toko namun harus kandas karena takdir, Bu Muslimah seorang guru yang sangat sabar dan penuh pengabdian terhadap Sekolah Muhammadiyah walau hanya digaji 15kg beras perbulan, dan tentunya Ikal yang berhasil mewujudkan apa yang diimpikan Lintang yaitu melanjutkan pendidikan ke Francis di Universitas Sorbone, walau harus bersusah payah merantau ke Jakarta dan menjadi tukang sortis surat yang merupakan pekerjaan paling dia benci sejak ia kecil. Semuanya disusun dengan sangat indah oleh Andre Hirata.

Semua kisah yang Andrea ceritakan merupakan kisah asli hidupnya, seperti yang diketahui Andrealah sosok Ikal itu, Andrea merupakan lulusan dari Universitas Sorbon Francis, yang bekerja di Bandung di sebuah perusahaan besar Telkom. Dia tidak pernah menulis cerpen, puisi atau bahkan karya sastra apapun yang di liput media namun karena kejeniusannya dalam bidang sastra, fisika, biologi, astronomi dan dia tuangkan kedalam novelnya Laskar Pelangi maka jadilah sebuah novel yan jenius, memikat, dan menginspirasi.

Buku dengan segudang prestasi ini memanglah buku yang sangat luar biasa. Bahkan saya merasa kecewa terhadap diri saya sendiri, setelah kurang lebih 12 tahun buku ini terbit dengan prestasi yang luar biasa, di dalam maupun luar negeri saya baru menemukan dan membaca buku ini. Oleh karena itu, saya merasa tergugah untuk membagikan pengalaman saya bagi para pembaca yang mungkin ingin menikmati sebuah sajian novel yang sangat mendidik, menginspirasi dan membuat jatuh hati, maka inilah jawabannya Laskar Pelangi. Karyanya sudah banyak diadaptasi dan dijadikan berbagai hal seperti drama musikal, drama biasa, candaan intelektual, candaan serius, obrolan satrawan yang iri, obrolan sastrawan yang kagum, hadiah untuk pacar, hadiah untuk teman, pdf di handphone, pdf di laptop, beribu-ribu bahkan berjuta-juta bajakan, dan tentunya film, dan semuanya best seller. Sekali lagi, Luar biasa.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI)

Post-Truth: Verifikasi sebelum Emosi

Pembangunan sebagai Sebuah Kebebasan