Vaksin: dari Dibukanya Sekolah hingga Menjaga Persepsi Masyarakat
Vaksin merupakan satu-satunya harapan banyak negara untuk segera keluar dari pandemi. Belum ada jawaban lain selain vaksin untuk bisa memperbaiki kondisi saat ini. Herd immunity tanpa vaksin terbukti gagal di negara yang menerapkannya. Swedia misalnya, setelah mendapat banyak kecaman dari dunia internasional dan ancaman penuhnya rumah sakit di Swedia, akhirnya negara tersebut menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada November tahun lalu.[1]
Maka bukan hal yang mengherankan jika vaksin selalu dinanti-nanti oleh seluruh warga dunia. Setidaknya vaksin akan memberikan kepastian pada banyak hal. Membuka tutup keran aktivitas sosial berdasarkan pertumbuhan kasus tidak pernah memberikan efek baik untuk perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat — perlu adanya kepastian kesehatan, sehingga berbagai kegiatan kehidupan bisa berjalan. Dan jawaban untuk itu semua, yang paling masuk akal hingga saat ini adalah ditemukannya vaksin.
Masalah vaksin bukan hanya penemuan, tetapi juga penyebaran. Hingga saat ini, berbagai vaksin sudah banyak ditemukan dengan harga dan efektivitas yang beragam. Di Indonesia sendiri, vaksin yang dibuat oleh perusahaan biofarmasi Sinovac pertama kali di uji coba publik pada presiden pada 13 Januari 2020.[2] Setelah sebelumnya pada tanggal 11 Januari vaksin ini berhasil dilakukan uji coba tahap ke III yang dilakukan di Bandung dan berhasil menunjukan efikasi 65% atau bisa menangkal virus sebanyak 65% dari total populasi yang mungkin terinfeksi.[3]
Tentu hal ini merupakan angin segar, vaksin sudah ditemukan dan mulai disebarkan, meski memang hanya bagi beberapa golongan prioritas seperti tenaga kesehatan. Adapun untuk kemungkinan vaksinasi agar menciptakan herd immunity baru akan rampung 15 bulan dari sekarang, hal itu diungkapkan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, tetapi sesuai permintaan presiden, vaksinasi akan dipercepat setidaknya menjadi satu tahun.
Indonesia sendiri menargetkan vaksinasi sebanyak 181 juta penduduk dan memerlukan 426 juta dosis vaksin, karena satu individu setidaknya disuntik dua kali dengan rentang waktu minimal 14 hari setelah hari pertama di vaksin,[4] baru vaksin tersebut benar-benar bisa membentuk kekebalan terhadap virus. Adapun untuk proses pendistribusian vaksin, tidak bisa langsung diberikan kepada masyarakat luas, ada beberapa prioritas seperti tenaga kesehatan, pelayan publik, lansia, dan lainnya. Mengingat masih banyaknya pekerjaan rumah tersebut, artinya jika semua berjalan sesuai rencana — vaksin bekerja dengan semestinya — Indonesia baru benar-benar bisa pulih di pertengahan tahun depan.
Pengaruh Jangka Pendek Vaksin terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat
Seberapapun besarnya, distribusi vaksin ke beberapa orang, yaitu tenaga kesehatan dan pelayan publik tetap akan memberikan pengaruh pada kehidupan masyarakat. Dalam bidang sosial budaya, pandemi telah memberikan pengaruh yang luar biasa besarnya. Misalnya saja dunia digital, sebuah fenomena yang kita alami sekarang ini. Dicirikan dengan berubahnya kegiatan tatap muka langsung menjadi tidak langsung dengan bantuan teknologi gadget ataupun komputer. Kerja di kantor, sekolah, atau kegiatan sosial lainnya telah diubah menjadi interaksi digital.
Secara psikologis, penemuan vaksin telah memberikan harapan pada masyarakat, bahwa kemungkinan pandemi ini bisa diatasi sudah ada. Kemudian, beberapa tokoh publik seperti Presiden Jokowi di Indonesia, Raja Salman di Saudi Arabia, hingga Joe Biden di Amerika memberikan efek trust atau kepercayaan masyarakat terhadap vaksin. Hingga jika memang vaksin itu siap didistribusikan, tidak akan terjadi gejolak penolakan di masyarakat. Ini menjadi penting di situasi seperti ini, dimana vaksin merupakan satu-satunya jalan keluar, masyarakat diharapkan yakin pada vaksin tersebut, agar tidak menimbulkan masalah lain.
Pengaruh harapan ini menjadi penting juga untuk keberlangsungan berbagai kegiatan sosial budaya. Katakanlah sekolah, dimana menjadi tempat kegiatan sosial dan sosialisasi budaya dilakukan terhadap pelajar.[5] Salah satu prioritas pemerintah untuk divaksin adalah pelayan publik, seperti yang dikatakan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, “Kita akan berikan 17,4 juta petugas publik. Jadi setelah petugas kesehatan kita akan berikan ke petugas publik adalah orang yang dalam tugasnya sehari-hari bertemu dengan banyak orang,”,[6] proses ini kemungkinan dilakukan Maret-April 2021. Bukan tidak mungkin pelayan publik yang menjadi prioritas ini adalah guru atau tenaga pendidik seperti dosen.
Jangka pendek yang mungkin terjadi setelah vaksinasi petugas publik, dalam hal ini guru dan tenaga pendidik tentu adalah dibukanya sekolah. Indikasi ini semakin menguat setelah dalam tayangan Youtube Kemendikbud RI, Pemerintah menyusun Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19.
Di Indonesia jumlah penduduk berusia produktif lebih besar daripada non produktif. Rinciannya jumlah individu berumur anak-anak, remaja, hingga dewasa memiliki angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan lansia. Jumlah penduduk berusia 5–24 tahun sendiri menurut sensus Badan Pusat Statistik 2018 berjumlah 90.553.100 penduduk.[7] Usia 5–24 tahun adalah usia belajar di sekolah maupun di perguruan tinggi atau dari jenjang SD hingga Sarjana. Jadi dibukanya sekolah merupakan salah satu pengaruh vaksin yang amat besar, sekurang-kurangnya apabila penduduk Indonesia berjumlah 265 juta dan pelajar sebesar 90 juta maka sekitar 35% aktivitas masyarakat akan berjalan seperti semula.
Tetapi pembukaan sekolah tentu tidak akan dilakukan secara massif, setidaknya ada beberapa persyaratan yang harus ditempuh sekolah atau universitas agar bisa dibuka. Pertama sekolah harus memiliki sarana sanitasi dan kebersihan, akses fasilitas pelayanan kesehatan, dan kewajiban memakai masker. Selain itu, tempat belajar juga harus memiliki alat pengukur suhu, mendapat persetujuan pihak ketiga untuk belajar tatap muka, dan melakukan pemetaan terhadap lingkungan belajar. Sekolah juga tidak bisa menerapkan anak-anak untuk semuanya masuk, setidaknya maksimal 50% dari jumlah murid adalah angka maksimal untuk kehadiran murid di sekolah atau universitas.
Lembaga pendidikan menjadi penting untuk segera dibuka, karena mengingat kurang efektifnya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Bagaimanapun juga, sekolah bukan hanya tempat belajar menyerap informasi — sistem sosial dan budaya seperti solidaritas, kerjasama, persaingan dan pembangunan mental anak adalah poin penting belajar yang tidak bisa didapat dari pelajaran online. Fungsi lembaga pendidikan pun sebenarnya tidak terlalu maksimal jika harus menerapkan PJJ terus menerus.
Dalam sosiologi, selain memiliki fungsi manifes (terlihat) seperti memberikan keterampilan pada siswa, sekolah juga memiliki fungsi laten (tak terlihat), seperti berkurangnya pengawasan orang tua dan perpanjangan usia dewasa anak.[8] Stresnya orang tua mengajari anak dan banyaknya kasus-kasus pernikahan dini di daerah karena anak tidak sekolah selama pandemi merupakan dampak tidak berjalannya fungsi laten dari lembaga pendidikan tersebut.[9]
Selain pembukaan sekolah, yang perlu diantisipasi adalah efek negatif persepsi masyarakat setelah vaksin disebarkan. Kita harus mengingat, bahwa efikasi vaksin yang baru-baru ini diluncurkan di Indonesia adalah 65%, artinya jika dari 100 orang di vaksin, maka kemungkinan orang yang tidak terkena adalah 65 orang, sedangkan 45% masih memiliki kemungkinan untuk terinfeksi.
Bahaya yang mungkin terjadi adalah offer confident masyarakat setelah di vaksin, menganggap bahwa dirinya kebal akan virus dan kehidupan sosial yang baru seperti menjaga jarak dan menggunakan masker mulai ditinggalkan. Sehingga dampak dari pandemi akan sama saja sebelum maupun sesudah ditemukan dan digunakannya vaksin — karena jumlah penderita semakin meningkat pula. Pengaruh inilah yang harus dihindari ketika vaksin disebarkan, prinsip kehati-hatian pada penerima vaksin harus tetap ada.
Bagaimanapun juga, covid-19 adalah realitas objektif, realitas yang berdasarkan sains bukan berdasarkan kepercayaan atau trust yang biasa disebut realitas subjektif. Yang ditakutkan, realitas subjektif masyarakat meningkat sehingga menyebabkan kepercayaan bahwa covid-19 telah dihalau vaksin, padahal realitas objektif tidak bisa dimanipulasi dengan kepercayaan semacam itu, apabila tidak menerapkan protokol kesehatan, realitas objektif berupa penyebaran yang meningkat akan terus ada. Dan akhirnya, harapan kita di vaksin terpatahkan begitu saja.
Peran pemerintah yang memberikan simbolisme agar masyarakat percaya pada vaksin dengan cara menyuntikan ke beberapa tokoh publik seperti presiden, kepala polisi, kepala militer, pemuka agama hingga aktris harus dibarengi dengan himbauan untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Bangsa kita memang bangsa simbol, artinya masyarakat sangat percaya pada orang-orang yang dianggap representatif di masyarakat dan itu bukan merupakan sebuah masalah. Momentum itu harusnya dikuatkan, dengan menghimbau publik figure untuk selalu mematuhi protokol kesehatan agar menjadi contoh bagi masyarakat.
Akhirnya, pengaruh vaksin ini terhadap kehidupan sosial budaya pasti akan sangat berdampak. Melihat kedepan, kemungkinan dibukanya sekolah semakin nyata dan akan meningkatkan interaksi sosial masyarakat dengan besar. Sekolah sebagai lembaga yang memberikan sosialisasi nilai dan norma harus mampu juga menerapkan budaya hidup sehat. Mencuci tangan sebelum masuk, menjaga jarak, dan menggunakan masker adalah sebuah kewajiban. Interaksi sosial langsung harus tetap mematuhi hal tersebut, agar tercipta keseimbangan dimana anak mendapatkan pengajaran efektif dan juga kesehatan baik.
Kemudian antisipasi offer confident harus dikuatkan, masyarakat jangan jumawa akan hadirnya vaksin, karena dengan vaksin belum tentu masalah ini akan beres, dan pemerintah harus juga memberikan kewaspadaan tersebut, jangan hanya meyakinkan bahwa vaksin ini benar-benar bisa digunakan tetapi juga bisa terus menjaga budaya jaga jarak yang sudah disosialisasikan selama pandemi ini berlangsung. Terutama kepada aktor-aktor yang dipercaya divaksin pertama sebagai simbol keamanan vaksin — mereka juga bertanggung jawab untuk meneruskan simbol bahwa setelah divaksin setiap orang harus tetap menjaga protokol kesehatan.
Esai ini mendapat apresiasi sebagai juara 1 dalam lomba yang diselenggarakan oleh BEM STIKes BTH Tasikmalaya di tahun 2021.
DAFTAR PUSTAKA
Agnes Widya Pangestika dan Nunung Nurwati, Fungsi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Dalam Melaksanakan, Program Pembinaan Berbasis Budi Pekerti Pada Anak Didik Pemasyarakatan, Jurnal SOSIOGLOBAL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 4, №2, Juni 2020.
Akhdi Martin Pratama, Ini Timeline Vaksinasi Covid-19 di Indonesia, diakses dari https://money.kompas.com/read/2021/01/12/130405426/ini-timeline-vaksinasi-covid-19-di-indonesia?page=all, pada 13 Januari 2021.
Arie Widiarto, Apa Artinya Efikasi Vaksin Sinovac 65,3%?, diakses dari https://www.ayosemarang.com/read/2021/01/12/70154/apa-artinya-efikasi-vaksin-sinovac-653, pada tanggal 13 Januari 2021.
Ayunda Septiani, 5 Fakta Vaksin Sinovac yang akan Dipakai Jokowi Hari Ini, diakses dari https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5331698/5-fakta-vaksin-sinovac-yang-akan-dipakai-jokowi-hari-ini, pada tanggal 13 Januari 2021.
Badan Pusat Statistik, Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2019, diakses dari https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data_pub/0000/api_pub/58/da_03/1, pada tanggal 13 Januari 2021.
Nindya Aldila, Suntik Vaksin Covid-19 Sinovac Harus 2 Kali, Ini Alasannya, diakses dari https://kabar24.bisnis.com/read/20210111/15/1341467/suntik-vaksin-covid-19-sinovac-harus-2-kali-ini-alasannya, pada tanggal 13 Januari 2021.
Thea Fathanah Arbar, Maaf, Herd Immunity Sepertinya Gagal di Swedia, diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20201126151733-4-204913/maaf-herd-immunity-sepertinya-gagal-di-swedia, pada 13 Januari 2021.
[1] Thea Fathanah Arbar, Maaf, Herd Immunity Sepertinya Gagal di Swedia, diakses dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20201126151733-4-204913/maaf-herd-immunity-sepertinya-gagal-di-swedia, pada 13 Januari 2021.
[2] Ayunda Septiani, 5 Fakta Vaksin Sinovac yang akan Dipakai Jokowi Hari Ini, diakses dari https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5331698/5-fakta-vaksin-sinovac-yang-akan-dipakai-jokowi-hari-ini, pada tanggal 13 Januari 2021.
[3] Arie Widiarto, Apa Artinya Efikasi Vaksin Sinovac 65,3%?, diakses dari https://www.ayosemarang.com/read/2021/01/12/70154/apa-artinya-efikasi-vaksin-sinovac-653, pada tanggal 13 Januari 2021.
[4] Nindya Aldila, Suntik Vaksin Covid-19 Sinovac Harus 2 Kali, Ini Alasannya, diakses dari https://kabar24.bisnis.com/read/20210111/15/1341467/suntik-vaksin-covid-19-sinovac-harus-2-kali-ini-alasannya, pada tanggal 13 Januari 2021.
[5] Sekolah memiliki banyak fungsi, salah satunya sebagai tempat untuk memberikan sosialisasi nilai dan norma, mempertahankan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan masih banyak lagi.
[6] Akhdi Martin Pratama, Ini Timeline Vaksinasi Covid-19 di Indonesia, diakses dari https://money.kompas.com/read/2021/01/12/130405426/ini-timeline-vaksinasi-covid-19-di-indonesia?page=all, pada 13 Januari 2021.
[7] Badan Pusat Statistik, Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2019, diakses dari https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data_pub/0000/api_pub/58/da_03/1, pada tanggal 13 Januari 2021.
[8] Agnes Widya Pangestika dan Nunung Nurwati, Fungsi Lembaga Pembinaan Khusus Anak Dalam Melaksanakan
Program Pembinaan Berbasis Budi Pekerti Pada Anak Didik Pemasyarakatan, Jurnal SOSIOGLOBAL : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, Vol. 4, №2, Juni 2020.
[9] Dilansir dari BBC dalam artikel yang bisa diakses dari https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-53719619, ratusan anak terancam menikah dini karena sekolah diliburkan.
Komentar
Posting Komentar