Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2020

Senja Kopi dan Puisi sebagai Konsumsi di Era Sekarang

Setelah Perang Dunia Kedua selesai, umat manusia mengalami babak baru membangun peradaban. Jika sebelumnya manusia mencoba membuat alat perang yang efektif untuk memusnahkan lawan, maka berikutnya manusia berlomba membuat tekhnologi untuk produksi. [1] Hal itu memiliki dampak banyak sekali pada kehidupan manusia, salah satunya bertambahnya jumlah penduduk. Padahal Thomas Malthus pernah memprediksi, bahwa jumlah penduduk akan melebihi jumlah produksi makanan, hingga suatu waktu manusia akan kekurangan sesuatu untuk di konsumsi. Ternyata ramalan itu salah, manusia justru mendapat kelimpahan konsumsi, meski tidak merata, tetap saja produksi manusia jauh meningkat. Hal ini disebabkan karena inovasi yang dilakukan oleh manusia dalam bidang tekhnologi. Tetapi kelebihan produksi juga tidak memiliki resiko yang negatif. Salah satu resiko dari kelebihan produksi adalah bagaimana cara   menggunakan produksi tersebut. Tidak bisa kita pungkiri bahwa barang produksi sangatlah melimpah. Saya be...

Kuliah di FIS UNJ Berasa SMA Lagi

Tulisan ini kayak pendapat pribadi aja si. Ceritanya juga lebih ke cerita pribadi sama orang-orang terdekat. Cuma kadang kayaknya penting juga buat di sharing sama yang lain, apalagi kalau menurut saya ini masalah sistem perkuliahan di fakultas. Syukur-syukur bisa berdampak baik kalau ada benernya. Jadi gini, beberapa minggu yang lalu kebetulan nongkrong sama anak kampus sebelah. Iya, doi anak Universitas Indonesia (UI), yang memang udah dikenal seantero negara sebagai salah satu kampus terbaik di Indonesia. Berbincang tentang segala hal, dari mulai urusan cewek ( you know lah) sampai ke yang lebih serius (terus cewek gak serius gitu), maksudnya ke yang lebih berbau akademik. Kita coba ngomongin sistem perkuliahan, nah disini nih saya sendiri merasa iri dengan sistem perkuliahan yang ditawarkan oleh kampus sebelah. Jadi yang saya tau dari dia sebagai temen ngobrol waktu itu, perkuliahan disana itu lebih fleksibel. Jadi gak dibagi kelas gitu di awal masuk perkuliahan, mereka bi...

Melihat Bobroknya Sekolah dari Buku “Sekolah itu Candu”

Paling sedikit duabelas tahun dihabiskan untuk bersekolah. Masa yang lama dan menjemukan jika sekadar mengisinya dengan duduk, mencatat, mendengarkan guru berceramah di depan kelas, dan sesekali bermain. Sekolah memang bisa mencetak seseorang menjadi pejabat, tetapi juga penjahat. Masihkah pantas sekolah mengakui diri sebagai pameran tunggal yang mencerdaskan dan memanusiakan seseorang? Pertanyaan sederhana ini dikedepankan kepada mereka terutama yang masih sangat percaya pada keampuhan satu lembaga bernama SEKOLAH!  (dikutip dari buku Sekolah itu Candu). Sekolah menjadi lembaga yang teramat penting di abad ini. Kalau kamu gagal di sekolah, berarti kamu dianggap akan gagal di masyarakat. Terlebih lagi, kalau kamu gak sekolah, sudah dipastikan kamu tidak akan sukses. Atau bahkan ketika kamu sekolah, tetapi tidak masuk sekolah yang favorit yang dianggap bagus, kamu juga dianggap kurang kompeten. Contohnya, masih banyak orang yang membandingkan kamu kuliah dimana? Seakan kalau ...